John Lui terbangun dengan keringat dingin, mimpinya masih menempel dengan kuat diotaknya. Bahkan bau asap daun dan ranting kering masih terasa dihidungnya. Dilihatnya jam kecil menunjukkan pukul tujuh lewat lima. Ada suara orang menyapu didepan rumahnya, ada segelas bekas kopi dimejanya, ada tanggalan Cina menunjukkan satu Agustus.
Pagi itu benaknya masih di pantai, masih pada jasad itu, masih pada dua orang tua yang menjaga api itu, masih pada tebing dan laut itu. Pekerjaan kantor dia kerjakan bagai robot, otaknya berhenti berfungsi, dan makan pagipun dia lewati. John Lui baru tersadar sejak bangun hingga saat makan siang, mulutnya belum terbuka sama sekali kecuali saat sikat gigi tadi. Beberapa teman sekerja yang menyapanya didiamkan saja olehnya, bahkan tanpa senyum sama sekali.
Saat makan siang di warung tegal depan kantornya, dilihatnya seorang wanita cantik yang tersenyum padanya, diujung meja seberang. John Lui pun tertegun. Wajah itu dia jelas tahu, seperti dia mengenal telapak tanganya, tapi tidak juga dapat diingatnya siapa dia. Sore dan malam berjalan pelahan, terlalu pelahan dan hampir tidak tertahankan. Dan malam itu pukul delapan dia lewati malam dengan tidur secepatnya.
Ketika terbangun John Lui merasa segar. Dilihatnya jam kecil menunjukkan pukul tujuh lewat lima. Ada suara orang menyapu didepan rumahnya, ada segelas bekas kopi dimejanya, ada tanggalan Cina menunjukkan satu Agustus.
Ternyata hari telah mengulang waktunya, semua sama pada hari itu, John Lui bingung, dia tanya pembantu rumahnya, dan benar ini adalah tanggal satu Agustus. Satpam kantorpun menyapanya dengan kalimat yang sama. Dejavu kah dia? Segalanya sama dengan kemarin, yang beda hanya tidak ada lagi wanita cantik itu di warung tegal makan siangnya.
Hari ketiga, keempat, kelima, tidak perduli apapun yang dilakukannya hari hari itu, John Lui terbangun pada keadaan yang sama. Dilihatnya jam kecil menunjukkan pukul tujuh lewat lima. Ada suara orang menyapu didepan rumahnya, ada segelas bekas kopi dimejanya, ada tanggalan Cina menunjukkan satu Agustus.
Semuanya sama, kecuali wanita cantik di warung tegal itu tidak pernah lagi dilihatnya. Dan tidak juga dia bisa mengingat siapa wanita itu, sepertinya dia sudah mengenalnya beratus tahun lalu, tapi tidak juga dapat keluar dari ingatannya. Ataukah dia sebenarnya orang dari penitisan masa lalunya?
Dalam kejengkelannya John Lui memacu mobilnya keluar kota, dia kebut habis di jalan keluar kota, dan pada tikungan ketiga, tanpa disadarinya ada truk besar disana. Tanpa berkedip John Lui menghantam keras, dan dia hanya merasa gelap, tanpa rasa sakit sama sekali. Ah, mati ternyata tidak sesulit yang dikatakan orang, pikirnya. Hanya gelap panjang yang pelahan lahan menghilangkan kesadarannya.
John Lui terbangun. Dilihatnya jam kecil menunjukkan pukul tujuh lewat lima. Ada suara orang menyapu didepan rumahnya, ada segelas bekas kopi dimejanya, ada tanggalan Cina menunjukkan satu Agustus.
andi riawan krisdianto
0 komentar:
Posting Komentar