Kata sering melekat dengan kuat pada suatu “Brand”, ketika mendengar “I love you full” maka langsung kita ingat “tak gendong” dan Mbah Surip.
Brand language adalah alat untuk memperkuat lekatan “Brand” kita didalam benak pelanggan. “Brand Mantra” sering dipakai sebagai alat komunikasi yang kuat. Dari “Just do it” (Nike), sampai “Kwalitas bintang lima, harga kaki lima” (d’Cost restoran). Sementara “Kembali ke Laptop”, kembali mengingatkan kita ke Tukul.
“Luar Biasa”; “Dahsyat”; “Tanya Kenapa”, serta berpuluh kata atau kalimat pendek telah membuat ingatan kita lebih cepat terbang pada sebuah “Brand.”
Brand Mantra haruslah “catchy”, mudah ditangkap dan mudah diingat, punya keunikan yang khusus, dan terasa “authentic”. Kalimat panjangpun kalau sangat bagus, mudah diingat orang. “Muda foya foya, tua kaya raya, mati masuk surga” akan selalu mengingatkan kita akan “Joger”, yang nyentrik, nyeleneh dan asik.
Dalam kurun pemikiran yang sama, demikian pulan Brand Name, “Nama” pun jadi kunci dalam banyak hal di dunia bisnis, dari pemilihan merek “Sony” (dibaca sama diseluruh dunia, dan punya tendensi arti mirip dengan “anakku”); sampai nama2 bintang. Tukul Arwana (Ryanto), Dorce (Ahmad Ashadi), sampai Freddy Mercuri (Farrokh Bulsara), semuanya memahami kekuatan sebuah nama yang mudah diingat orang dan memberi kesan yang kuat.
Perusahaan besar membayar mahal untuk terciptanya sebuah “nama” ataupun “logo” ataupun “mantra” yang bisa mendongkrak Brand mereka, karena mereka tahu bahwa hal itu akan mempermudah komunikasi promosi mereka.
Dalam perjalanan kita, sam-design memakai “Creating Wow and Aha” (wow=hebat, aha=tepat guna), dan saya menutup business wisdom dengan “Sukses untuk anda.”
andi riawan krisdianto
0 komentar:
Posting Komentar