Ada sebuah percobaan riset survey di Amerika. Seorang profesor matematika mengadakan percobaan dengan responden mahasiswanya. Dia mengambil dua kelas yang setara dan mirip satu sama lainnya, baik dalam jumlah mahasiwa ataupun karakter mahasiswanya.
Di kelas pertamanya dia mengumumkan kepada 50 mahasiswanya. Dia berkata, "Besok sore jam 4 saya akan mencoba membaca puisi di auditorium. Saya akan memberi uang $5 kepada mahasiswa yang mau mendengarkan puisi saya." Jadi mahasiswanya diberi uang $5 per orang kalau mau mendengarkan puisinya.
Tapi ruang auditorium hanya tersedia 20 kursi. Jadi 30 mahasiswa lainnya pasti tidak dapat mengikutinya. Karena itu mahasiswa disuruh menawar dengan menuliskannya di amplop tertutup. Mereka dapat menaikkan atau menurunkan harga sehingga 20 tawaran mahasiswa yang terendah yang diberi undangan mendengarkan puisi tersebut.
Dalam tawaran itu, mereka harus memberi 3 penawaran untuk mendengarkan 3 jenis puisi. Yakni puisi pendek dengan durasi 2 menit, puisi sedang dengan lama 5 menit dan puisi panjang yang makan waktu 10 menit.
Di kelas lain, si profesor ini menawarkan hal yang sama. Tapi dibalik. Para mahasiswa dari kelas lain tidak saling mengetahui adanya percobaan ini. Katanya, "Saya akan mencoba membaca puisi besok sore jam 4 di auditorium. Yang ingin mendengarkan saya baca puisi, harus membayar. Saya harapkan $5 per mahasiswa untuk satu kali baca puisi."
Tapi karena ruangnya terbatas, mereka diminta untuk melakukan penawaran. Hal yang sama dilakukan oleh mahasiswa kelas sebelumnya. Mereka harus menuliskan tawaran membayar untuk puisi pendek, sedang dan panjang. 20 tawaran yang tertinggi akan diberi kesempatan untuk mendengarkan sang dosen berpuisi.
Nah, ini yang menarik. Profesor ini bukan ahli membaca puisi. Bukan pula orang yang terkenal dalam dunia puisi.
Hasilnya menarik. Ternyata di kelas yang mendengar puisi dapat uang, mereka menawar rata-rata $2,5 untuk puisi pendek, $3,5 puisi sedang dan puisi panjang $4,5. Sedangkan di kelas yang harus membayar untuk mendengarkan puisi rata-rata tawarannya $1 untuk puisi pendek, $2 puisi sedang dan $3 untuk puisi panjang.
Bayangkan! Kejadian ini terjadi di sekolah yang sama. Kelas yang satu ditawarkan menerima uang untuk mendengarkan puisi. Sedangkan di kelas lainnya sebaliknya, harus membayar untuk mendengarkan puisi.
Ternyata riset ini menunjukkan bahwa orang bingung terhadap sesuatu hal yang baru, "Saya tidak tahu harus membayar atau mendapat uang dengan mendengarkan dosen saya berpuisi." Ketika orang bingung dan mendapat masukan, "Kamu harus bayar!" maka dia merasa membayar itu yang harus dilakukan. Sedangkan bila sejak awal dia mendapat uang, maka menganggap menerima uang itu yang dianggap layak.
Ini adalah sebuah ide yang luar biasa. Ketika kita tanam sesuatu pada saat orang bingung, tidak tahu nilai produknya , maka itu akan dijadikan patokan untuk melakukan analisa pada kejadian berikutnya yang mirip dengan itu.
andi riawan krisdianto
0 komentar:
Posting Komentar