Seorang teman dalam kesedihannya berkata: “Akan aku tekan perasaan ini, dan aku akan jalani kehidupan keras ini, aku tidak mau terlihat lemah.” Ada juga teman lain berkata: “Aku tidak boleh kuatir, harus bisa menghilangkan takut, dan berani menghadapi semuanya.” Pebisnis lain berkata: “ Aku harus menghilangkan kebimbangan dan kekuatiran dalam mencapai target tahun ini.”
Para psikolog memahami, penekanan perasaan, bila sampai pada “mati rasa”, maka bersama dengan matinya rasa takut, rasa sedih, akan bersamanya mati pula rasa segar, senang, bahagia. Perasaan datang dalam kedalaman yang sama. Memahami, menerima, dan merasakan kesedihan yang dalam akan membuat kita mampu merasakan sukacita yang dalam pula.
Pada awal tahun, ketika kita melihat target bisnis kita, kekacauan yang telah terjadi, dan tantangan kedepan, sering kita kecil hati, mencoba mematikan rasa, dan berprilaku seperti robot, bahkan menyerah pada takdir. Atau kita berupaya mematikan rasa kuatir, menekan takut.
Kerentanan kita, adalah sebuah hal yang sangat positip, dan kita haru belajar merangkulnya. Dalam kerentanan kita, dalam ketidak pastian, dalam ketakutan, kita bertindak, dengan hati, dengan jiwa. Kepenuhan hati, dalam rasa malu, dalam kegagalan, dalam ketakutan, membuat kita lebih tegar, lebih mau, dan lebih mampu, menghadapi kehidupan.
Kekuatiran membuat kita mau bekerja lebih giat. Kegagalan membuat kita tidak terima, dan mau berjuang lagi. Kerentanan membuat kita sadar dan tegar. Sadari kelemahan, takutlah pada persaingan yang keras, pahami kekejaman pasar, nikmati ketidak pastian, rasakan semua degupnya dalam jantungmu. Tapi siap dan tegaplah, sambil merangkul semua rasa: kita berjuang lagi, dengan sepenuh hati, dengan seluruh jiwa. Kita bisa.
andi riawan krisdianto
0 komentar:
Posting Komentar