Human Beings are powered by Emotions, Not by Reasons (2)
Seorang teman, David, 33 tahun, belum menikah, gemuk sekali, berat badannya 98 kg. Suatu hari ketika check up merasakan ketidak nyamanan pada jantungnya. Dokternya menyarankan segera berolah raga dan diet, menguruskan minimal 15 kg dari beratnya sekarang. Sebulan berlalu tanpa olahraga dan diet.
David kebetulan ke Singapore untuk urusan bisnis, dan meluangkan untuk pengecekan badan juga. Dokter Singapore mengatakan hal yang sama, pengurusan badan atau beresiko jantung. Ketika saya ajak berolah raga, dia masih saja menunda nunda, katanya menunggu saat yang tepat.
Enam bulan telah berlalu saat saya bertemu dengannya. Ternyata David sudah sangat sehat, dan sudah kurus 12 kg katanya, dan tidak lagi memakan obat2an rutin yang dulu menjadi santapan sehari hari. Dengan bangga dia menceritakan bahwa dia telah lari pagi dalam lima bulan terakhir, setiap Senin, Rabu, Jumat dan Minggu dari jam 6 sampai jam 7 pagi, dan menjaga ketat makannya. Diet karbohidrat katanya, digabungkan olah raga, pasti berhasil.
Saya memuji dia tak henti2nya, sampai pada saat mau berpisah, David mengaku dan berkata: “ Wah Pak, sebenarnya sih ada sebab lain juga, lima bulan yang lalu, saya punya tetangga baru, namanya Susie, wah… cewek seksi bener deh Pak, dan dia setiap Senin, Rabu, Jumat, Minggu lari pagi jam enam sampai tujuh. Haha haha…”
Apakah David tahu dia harus berolah raga, Ya pasti tahu. Apakah dia melakukannya? Tidak sama sekali, sapai lima bulan lalu ketika dia melihat Susie. Otak rasional hanya memberikan sebuah konklusi akan pentingnya olah raga. Emosi ketika melihat Susie lah yang membuat David bertindak.
Human beings are powered by emotion, not by reason. Emotion leads to action, reason leads to conclusion
andi riawan krisdianto
0 komentar:
Posting Komentar