Seorang Yang Mempunyai Mimpi-mimpi Besar Tentang Pengembangan Kreatif Marketing Untuk Perusahaan Anda Mei 2011 ~ Andi Riawan Krisdianto.Com
Profesional Creative Marketing, Bussines Auditor, Elektrik & Komputer Maintenance, Control panel, Pengadaan barang
Hasil yang di capai adalah tergantung bagaimana cara kita memperjuangkan sampai keringat darah terakhir sekalipun, semangat dan terus semangatlah jangan biarkan kita hidup dan mati tanpa kesuksesan apapun

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

sedekah mendatangkan banyak keuntungan dan barokah

No rekening donasi dan sedekah : BCA 0960663675 , BRI 0004 01 030993 50 0

Rabu, 25 Mei 2011

Alasan Mengapa Online Marketing Penting Bagi Bisnis Anda

Online marketing adalah sebuah pilihan cerdas bagi mereka yang ingin berbisnis dengan cara yang cerdas pula. Banyak sekali yang bisa ditawarkan melalui online marketing. Terlebih saat ini tidak hanya melalui email. Berkembangnya sosial media juga membuat online marketing memiliki banyak pilihan. Artinya, kini tersedia beragam pilihan dengan peluang dan kesempatan yang lebih besar untuk bisnis Anda melalui online marketing. Namun, sebagian orang masih saja malas menggunakan cara ini. Online marketing dianggap merepotkan dan kurang tepat sasaran. Tapi tunggu dulu, hal yang harus Anda pertimbangkan lagi, mengapa online marketing penting bagi bisnis Anda.

Praktis dan Efisien
Sebagian orang menganggap menggunakan online marketing hanyalah kegiatan yang membuang-buang waktu. Apalagi caranya cukup merepotkan. Tapi tahan dulu keluhan Anda. Pikirkan kembali bagaimana online marketing memberikan banyak pilihan yang praktis dan efisien. Anda tidak perlu repot untuk membuat selembaran atau brosur dengan biaya yang cukup menguras kocek Anda untuk sekedar mempromosikan usaha Anda. Cukup dengan satu soft copy berupa gambar atau flyer lalu manfaatkan email, jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan lainnya. Tidak perlu tenaga ekstra, cukup duduk di depan dekstop atau laptop Anda. Semua informasi tentang bisnis Anda bisa tersebar seantero dunia.

Tidak Ada Untung Rugi
Dalam dunia online marketing tidak ada kata untung rugi. Justru semakin hari kesempatan semakin banyak. Tidak ada kata rugi akibat tidak ada orang yang datang ke tempat usaha Anda untuk membeli produk sementara biaya promosi terus dilakukan. Selain itu, apabila Anda benar-benar ingin memotong budget. Anda bisa melakukannya sendirian. Tanpa harus dibantu oleh orang lain untuk berjualan, promosi, melayani pelanggan dan lainnya. Kemampuan multitasking pada online marketing amat diperhitungkan.

Perluasan Pasar
Dalam Online Marketing, bukan hanya kemudahan yang ditawarkan melainkan juga pasar yang meluas. Anda bisa memperluas pangsa pasar produk usaha Anda baik dalam tataran lokal, nasional hingga internasional. Online marketing menawarkan pasar yang tak berbatas.

Investasi Masa Depan
Jika Anda ingin memperhitungkan usaha Anda akan terus berjalan hingga beberapa tahun mendatang. Online marketing amat disarankan. Di masa yang akan datang, masyarakat dunia akan semakin tergantung dengan teknologi informasi seperti internet. Dapat diprediksi akses internet akan semakin mudah dan meluas hingga ke pelosok belahan dunia. Kecenderungan manusia untuk mengakses internet pun semakin tinggi. Brosur, Selebaran dan sejenisnya akan tergusur dengan online marketing. Jadi apalagi yang Anda tunggu?

Berbisnis dengan online marketing memang mudah, namun ada pula tantangan dan rintangannya. Semua itu tergantung kepiawaian sang pemiliki usaha. Namun, dengan segala kemudahan dan keuntungan yang ditawarkan, mengapa harus takut untuk berbisnis dengan online marketing?



andi riawan krisdianto

4 Tahap Proses Marketing



Kapankah aktivitas marketing dimulai? Apakah proses marketing baru dimulai hanya setelah sebuah produk siap dipasarkan?

Mungkin kebanyakan dari kita akan menjawab benar demikian. Proses marketing baru dijalankan setelah ada produk yang siap dipasarkan. Namun, dalam mata rantai marketing yang utuh, proses marketing sebenarnya harus sudah bekerja jauh sebelum produk diluncurkan. Bagaimana bisa?

Karena marketing bukan sekedar soal memasarkan produk yang sudah siap dijual. Namun marketing ikut berperan dari awal dalam menghasilkan produk berdaya jual tinggi.

Proses marketing diawali dari melihat peluang pasar, melakukan riset pasar, memilih target pasar, menyusun strategi marketing, merencanakan program marketing, lalu menyusun, meng-ACTION-kan, dan memantau hasilnya.

Pandangan awam yang menganggap proses marketing sebatas menyusun strategi marketing sampai evaluasi bisa berakibat fatal. Bukan saja berakibat tak lancarnya penjualan produk, namun bisa mengakibatkan biaya marketing yang tinggi dan tak efektif.

Biar lebih jelas, mari kita bahas secara runtut empat tahap proses marketing berikut ini:

  1. Melakukan Riset Pasar. Proses marketing dimulai dari riset pasar untuk melihat seberapa besar potensi pasar, mengukur tingkat kebutuhan pasar, peluang pasar, dan ragam segmen yang tersedia. Juga mengetahui tingkat persaingan di pasar tersebut.
    Sebagai contoh, sebelum meluncurkan Rumusan rahasia bloging, saya lihat betapa pasar blogging begitu besar. Tingkat kebutuhannya sangat tinggi. Pemilik blog masih sangat terbatas. Dan setahu saya, belum ada produk lain yang secara menyeluruh membahas secara tuntas dari A sampai Z tentang blogging. Rahasia bloging bukan sekedar membahas tentang bagaimana membuat blog dan menghasilkan uang dari blogging. Namun lebih dari itu membuat blog sukses sepektakuler
  2. Mengembangkan Strategi Marketing. Dengan memperhitungkan keunggulan anda, anda siapkan strategi positioning dan anda.
  3. Menetapkan Program Marketing. Dari strategi marketing tersebut, kemudian lebih rinci ke program marketing. Apa sajakah program marketing yang anda rencanakan? Misalkan ketika baru meluncurkan produk, anda bertumpu pada SEO, PPC, dan beriklan di situs web iklan seperti iklan jitu
    Pada tahap ini, anda perlu hitung total anggaran marketing, alokasi pengeluaran di tiap program marketing yang dijalankan.
  4. Evaluasi dan Perbaikan. Pada tahap terakhir ini kita lihat bagaimana hasil dari program-program marketing tersebut. Sudah sesuaikah dengan target anda? Dan dari hasilnya anda bisa rumuskan kembali program marketing apa yang perlu diperbaiki, mana yang perlu diperkuat, mana yang perlu dikurangi atau mungkin perlu ditiadakan. Dan begitu seterusnya.

Intinya selalu ukur program marketing anda. Sebab marketing merupakan proses berkelanjutan yang terus mengiringi dan menentukan keberhasilan bisnis internet anda.

Bagaimana? Anda sudah siap merancang program marketing untuk bisnis internet dan meng- ACTION-kannya? Ikuti keempat tahap proses marketing menyeluruh diatas agar kegiatan marketing anda lebih terencana dan terarah.

Salam mencoba



andi riawan krisdianto

Selasa, 24 Mei 2011

Pengertian Marketing Syariah

Guru marketing Hermawan Kartajaya sudah beberapa lama bergaul dengan praktisi keuangan syariah. Ia mulai fasih mengatakan ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin. Beragama Katolik, Hermawan malah berniat ikut dalam mengembangkan nilai marketing Islami. Berikut petikan wawancara sesaat setelah peluncuran buku Sharia Marketing di Jakarta pekan lalu.

Sebetulnya apa beda marketing syariah dan konvensional?

Dalam dunia marketing itu ada istilah kelirumologi. Itu lho sembilan prinsip yang disalah artikan. Misalnya marketing diartikan untuk membujuk orang belanja sebanyak-banyaknya. Atau marketing yang yang pada akhirnya membuat kemasan sebaik-baiknya padahal produknya tidak bagus. Atau membujuk dengan segala cara agar orang mau bergabung dan belanja. Itu salah satu kelirumologi ( merujuk istilah yang dipopulerkan Jaya Suprana). Marketing syariah itu mengajarkan orang untuk jujur pada konsumen atau orang lain. Nilai syariah mencegah orang (marketer) terperosok pada kelirumologi itu tadi. Ada nilai-nilai yang harus dijunjung oleh seorang pemasar. Apalagi jika ia Muslim.

Apakah nilai marketing syariah bisa diterapkan umat lain?

Lha ya nilai Islam itu universal. Rahmatan lil alamin. Begitu kan istilahnya. Nabi Muhammad itu menyebarkan ajaran Islam pasti bukan hanya untuk umat Islam saja. Jadi tidak apa-apa jika nilai marketing syariah ini inisiatif orang Islam supaya bisa menginspirasikan orang lain. Makin banyak non-Muslim yang ikut menerapkan nilai ini, makin bagus. Saya ikut mengendorse marketing syariah. Soal jujur itu kan universal. Jadi marketing syariah harus diketahui orang lain dalam rangka rahmatan lil alamin itu.

Apa nilai inti marketing syariah?

Integrity atau tak boleh bohong. Transparansi. Orang kan tak boleh bohong. Jadi orang membeli karena butuh dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, bukan karena diskonnya. Itu jika konsep marketing dijalankan secara benar.

Bagaimana muasal perkembangan nilai spiritual dalam marketing?

Sejalan dengan perkembangan dunia. Setelah September attack, orang melihat IQ dan EQ saja tidak cukup. Harus ada SQ, spiritual quotient. Orang melihat.

Apakah nilai marketing syariah ini akan bertahan?

Ya pasti sustain. Karena prinsip dasarnya kejujuran. Ini yang dibutuhkan semua orang. Apalagi setelah kasus seperti Enron, Worldcom dan lainnya. Orang melihat
bisnis itu harus jujur.

Lalu di mana peran ilmu marketing dalam konsep syariah?

Syariah mengendorse marketing dan marketing mengendorse syariah. Ilmu marketing menyumbangkan profesionalitas dalam syariah. Karena jika orang
marketing tidak profesional, orang tetap tidak percaya. Lihat saja bagaimana investor Timur Tengah belum mau investasi di Indonesia, meski negara ini populasinya mayoritas Muslim. Karena mereka tidak yakin dengan profesionalitas kita. Jadi, jujur saja tidak cukup.

Bukankan nilai kejujuran dan transparansi itu diajarkan semua agama?

Ya. Memang semua agama mengajarkan nilai itu. Tapi jangan lupa bahwa islam itu rahmatan lil alamin. Jadi, ada titik singgung. Bukankah lebih baik mencari yang serupa dari pada memperkarakan yang berbeda. Jika begitu hidup kita damai. Menurut saya, tak mengapa kita sebut marketing syariah. Karena mayoritas populasi di Indonesia itu Muslim. Jadi nilai syariah yang kita kedepankan. Kita mulai di sini, di Indonesia. Ada bagusnya jika yang mengendorse itu orang Islam, bukan yang lain.

Setelah nilai spiritual konsep apa lagi yang akan mengemuka dalam dunia bisnis?

Millenium. Orang mencari keseimbangan. Maksudnya orang berbisnis itu harus menjaga kelangsungan alam, tidak merusak lingkungan. Berbisnis juga ditujukan untuk menolong manusia yang miskin dan bukan menghasilkan keuntungan untuk segelintir orang saja. Nilai-nilai ini ke depan akan mengemuka. Sekarang pertemuan para praktisi marketing mulai mengarah ke sana.

Setelah mengenal Islam, apa pendapat Anda tentang nilai yang diajarkan?

Islam agama yang universal dan komprehensif. Guidance-nya lengkap. Ada petunjuk untuk seorang pedagang, kepala negara, seorang anak, panglima perang
dan semuanya. Ada diatur secara lengkap. Di atas semua itu saya melihat Islam itu ajaran yang damai dan indah. Ajaran Islam bisa dipakai semua orang. Itu kesan saya dan mengapa saya mau mempelajari nilai Islam untuk dikembangkan dalam konsep marketing. Saya sekarang menjadi aktivis lingkungan dan nilai-nilai.


andi riawan krisdianto

Konsep Marketing Milenium Ke-tiga

Konsep Marketing Milenium Ketiga

Pada Minggu pagi saya meminta Sonni, Hartono dan Agus Giri datang ke Kantor MarkPlus Surabaya. Waktu itu pukul 10.00 pada 1993 di Jalan Adityawarman 70 lantai 2. Saya meminta mereka membawa semua buku marketing dan strategi, baik yang basic maupun advance. Setelah semua berkumpul, sayapun menyampaikan maksud saya. “Kamu semua akan menjadi bagian dari sejarah karena hari ini kita berempat akan melahirkan sebuah konsep!”

Sejak beberapa hari, saya memang sudah mengatakan tentang hal itu kepada mereka. Selain “tim inti tiga orang” tadi, sebenarnya juga ada Andi Utomo, Go Siang Chen dan Efrulwan yang pernah bergabung untuk beberapa waktu. Mereka bertiga adalah eks Sampoerna yang sudah mau bergabung dengan MarkPlus. Andi dan Efrulwan sekarang sudah menjadi orang-orang hebat di jakarta, sedangkan Go punya kantor konsultan di Surabaya.

Balik pada “pertemuan khusus” pada minggu itu, saya langsung “memuntahkan” apa yang ada dikepala saya di white board. Tujuannya meminta feedback dan kritik untuk penyempurnaan. Pokoknya hari itu juga konsep marketing “baru” harus jadi.

Ada tiga prinsip yang saya pegang dalam membuat konsep yang akhirnya saya namai Marketing 2000 itu!
Pertama, harus simple! Supaya mudah dimengerti orang, baik yang pernah kuliah di fakultas ekonomi maupun tidak. Bahkan, orang-orang yang tidak pernah kuliah pun harus “suka” pada konsep tersebut.

Simplicity is Power! Saya percaya hal itu. Apalagi, saya memang hanya punya S-1 dari FE Ubaya, praktis tidak pernah kuliah. Hanya bisa titip catatan teman-teman yang masuk kelas! Mengapa? Ya karena waktu itu saya masih sibuk mengajar di SMAK St. Louis.

Program S-2 jarak jauh dari Strathclyde (Inggris) belum rampung. Teori sudah lulus semua. Tapi, tesisnya belum sempat ditulis. Selain itu, saya tidak mau “keluar dari pakem” gaya tulisan mingguan saya di Jawa Pos yang sudah berjalan lebih dari lima tahun. Apa gunanya menulis suatu konsep dan model yang kelihatan sophisticated, tapi sulit dimengerti orang. Apalagi, marketing kan bagian dari social science yang harus berguna bagi banyak orang karena mudah diaplikasikan.

Kedua, harus merupakan konsep “umbrella”. Artinya, konsep itu nanti harus bisa melingkupi semua konsep lain. Itu penting karena waktu itu orang punya banyak “misunderstanding” tentang pemasaran. Marketing sering disangka sama dengan selling, promotion, public relations, advertising, discount, dan sebagainya! Selain itu, kan sudah banyak studi dan riset tentang berbagai aspek marketing. Karena itu, semua buku dan jurnal yang dibawa ke kantor pagi itu sangat penting sebagai referensi.

Textbook biasanya merupakan kompilasi dari semua konsep yang diedit oleh penulis. Kelemahannya? Para praktisi yang tidak punya waktu membaca akan kesulitan. KArena itu, konsep baru tersebut haruslah memberikan big picture tentang marketing.

Ketiga, harus merupakan suatu upaya redefinisi. Diam-diam waktu itu saya tidak puas pada pengertian marketing yang ada. Saya berpikir harus ada redefinisi. Banyak pemikiran baru tentang marketing, tapi terpecah-pecah diberbagai aspek. Karena itu, sebelum sampai pada menulis sebuah konsep baru, saya membaca dan mendalami semua definisi, pengertian dan makna marketing dari awal. Sekalian, redefinisi ini harus merupakan pembaruan marketing yang mungkin baru dipercaya orang pada 2000!

Terus terang, waktu itu saya tertarik kepada konsep Auto 2000, showroom mobil milik Astra. CEO Auto 2000 waktu itu, Pak Imanto, yakin bahwa konsep “customer satisfaction” di showroom-nya akan menjadi standar pada 2000. Millenium baru!

Saya semakin yakin bahwa saya harus bisa melahirkan sebuah konsep marketing yang akan menjadi standar pada 2000! Ketika itu, saya mengamati ada dua jalur untuk diakui sebagai guru. Pertama, menulis buku teks yang digunakan di seluruh dunia. Itu pasti tidak gampang. Semua sekolah bisnis dunia dikuasai Barat. Persaingan antar buku teks juga sangat ketat antara satu profesor dan yang lain. Lagi pula, itu jatah para akademisi. Saya pada dasarnya adalah praktisi, bukan akademisi. Kedua, masuk ke trade book, tapi harus punya jalur yang tidak mainstream. Sebab semua konsep basics sudah dikompilasi oelh textbook writer.

Karena peluang ada disini, saya memutuskan lewat jalur ini. Guru pertama yang saya amati adalah Al Ries. Buku Positioning: The Battle of Your Mind-nya benar-benar legendaris yang dia tulis bersama JAck Trout. Mereka berdua yang pertama memopulerkan kata positioning bersama definisinya.

Saya juga mengamati kehnichi Ohmae, orang jepang yang mantan konsultan McKinsey. Bukunya, Mind of the Strategy menjelaskan secara sederhana tentang strategi perusahaan. Begitu juga dengan Leonard Berry yang bersama Valarie Zeithaml dan Parasuraman menghasilkan konsep gemilang Service Quality Excellence. Mereka bertiga meredefinisi servis yang sebelumnya punya pengertian rancu.

Background mereka berbeda Al Ries dan Jack Tout adalah eks praktisi periklanan. Kehnichi Ohmae adalah mantan konsultan. Berry, Zeitaml dan Parasuraman adalah profesor. Tapi, ada karakter yang sama dari konsep-konsep mereka. Simple, umbrella dan redefinitive! Itulah yang membuat saya berpikir ke situ.



andi riawan krisdianto

10 KONSEP MARKETING MENURUT HERMAWAN KERTAJAYA

1. LOVE YOUR CUSTOMER, RESPECT YOUR COMPETITOR
Cintailah customer anda. Masak anda mau menjual barang yang jelek. Kalau anda tidak love your customer mereka akan memusuhi anda. Respect your competitor, lihat Nabi! Terhadap musuh-musuhnya, even orang yahudi yang meninggal ia tetap menghormati karena Yahudi tetap manusia kendati ia musuh kita. Jadi bersaing ya bersaing tapi jangan sampai menjatuhkan. Karena competitor itu kan sama-sama membangun industri.

2. BE SENSITIVE TO CHANGE, BE READY TO TRANSFORM
Kita harus selalu sensitif terhadap perubahan

3. GUARD YOUR NAME BE CLEAR WHO YOU ARE
Anda harus memiliki nama

4. CUSTOMERS ARE DIVERS GO FIRST TO WHO REALLY NEED YOU

Customers itu macam-macam. Anda harus pergi ke orang yang benar-benar membutuhkan anda. Kalau tidak butuh jangan dijualin. Jangan membujuk orang. Marketing kan sering dituduh membuat orang konsumtif. Tidak perlu barang itu dibujuk-bujuk. Itu jelas tidak baik.

5. ALWAYS OFFER A GOOD PRODUCT AT A FAIR PRICE
Jadi produk yang bagus harus diberi harga seimbang. Kalau jelek jangan bujukin orang.

6. BE ALWAYS AVAILABLE AND SPREAD THE GOOD NEWS
Itu prinsip promosi sebenarnya. Anda harus selalu ada kalau orang membutuhkan anda. Pemberitaan itu harus kabar gembira terus jangan ngancam-ngancam. Orang dagang itu sebenarnya jangan ngancam pakai katabelece segala.

7. GET YOUR CUSTOMERS AND KEEP GROW THE BUSINESS WITH THEM

8. WHAT EVER YOUR BUSINESS IS A SERVICE BUSINESS
Pelayanan itu ibadah

9.ALWAYS REFINE YOUR PROCESS IN TERM OF QUALITY, COST AND DELIVERY
Selalu usahakan meningkatkan kualitas, menurunkan cost supaya customers juga ikut menikmati dan delivery makin lama harus on time

10. GATHER RELEVAN INFORMATION BUT MAKE DECISIONS BASES ON YOUR WISDOM
Kumpulkan informasi sebanyak mungkin tapi keputusan terakhir berdasarkan hati nurani



andi riawan krisdianto

4 Prinsip Dasar untuk Komunikasi Produktif

Komunikasi saya kira merupakan salah satu bagian yang paling esensial dalam roda kehidupan profesional kita. Kita menyaksikan begitu banyak projek atau program perusahaan macet ditengah jalan hanya gara-gara dis-komunikasi para anggotanya. Sebaliknya, kita juga bisa menyaksikan sebuah arena lingkungan kantor yang bisa berjalan dengan indah lantaran didalamnya terbangun proses komunikasi yang elegan nan produktif.

Sejatinya ketrampilan komunikasi yang efektif memang merupakan sebuah elemen yang patut dijiwai oleh setiap pelaku bisnis dan kaum profesional – entah mereka berperan sebagai manajer, staf pelaksana ataupun para business owner. Berikut ini kita akan mencoba menelisik empat prinsip dasar yang mungkin mesti selalu kita ingat manakala kita ingin menjadi seorang komunikator yang produktif.

Prinsip # 1 : Fokus pada solusi, bukan pada masalah. Ketika kita berinteraksi di kantor, acap kita menyaksikan orang saling sibuk berbicara mencari kambing hitam, menyalahkan pihak lain, dan melulu berfokus pada masalah. Bagian produksi menyalahkan orang marketing. Bagian marketing menyalahkan orang Finance. Dan bagian HRD menjadi tempat tumpahan kekesalan semua departemen (capek deh).

Alih-alih berfokus melulu pada masalah dan sibuk mencari siapa kambing hitamnya, komunikasi kita akan jauh lebih produktif jika kita fokus pada solusi. Sebagai misal, jika kita menemui hambatan dalam salah satu program kerja yang dijalankan di kantor, maka segera kita mesti berdiskusi mencari jalan keluar untuk mengatasi hambatan itu. Otak kita mesti kita gedor untuk segera bicara mengenai solusi, dan menutup pintu bagi munculnya kata-kata yang menyalahkan pihak lain.

Mencari-cari kesalahan dan meyalahkan pihak lain memang mudah, dan secara intuitif, banyak orang yang menyukainya (!) Namun ini hanya buang waktu, dan itulah mengapa banyak kinerja perusahaan macet ditengah jalan. Lipatlah kebiasaan ini dan simpan rapat-rapat didalam laci. Kelak jika Anda menemui rintangan, munculkan sikap yang FOKUS pada SOLUSI.

Prinsip # 2 : Ganti kata-kata Tidak Bisa menjadi Bisa. Contoh sederhana : “Pak, kita TIDAK bisa menyelesaikan projek ini tanpa dukungan tim logistik yang handal”. Kalimat ini akan menjadi lebih produktif dan meletupkan optimisme jika kita ganti menjadi : “Pak kita bisa menyelesaikan projek ini dengan dukungan yang bagus dari tim logistik”. Atau contoh simpel lainnya : “Nak, kamu tidak akan naik kelas jika tidak belajar tekun”. Kalimat ini akan menjadi lebih elegan kalau kita ubah menjadi : “Nak, kamu pasti akan naik kelas jika rajin belajar”.

Para pakar psikologi bilang, semakin banyak kata “tidak” dan kata negatif lainnya kita ucapkan, secara tidak sadar hal ini akan mendorong perilaku kita ke arah negatif (tidak bisa, tidak mampu, dst). Sebaliknya, dengan framing kalimat yang positif, dan ini dilakukan secara repititif, akan membuat perilaku kita menjadi lebih optimis dan kian produktif.

Itulah mengapa ada sebuah nasehat yang mengharapkan agar setiap kosa kata yang mengandung makna negatif (seperti kata : tidak bisa, gagal, tidak mampu, tidak berpengalaman, tidak kompeten, dll) sebaiknya dienyahkan dari perbendaharaan komunikasi kita sehari-hari.

Prinsip # 3 : Katakan apa yang anda inginkan, bukan apa yang tidak anda inginkan. Prinsip ini mirip dengan prinsip nomer dua diatas. Yakni mengajarkan kepada kita untuk selalu membuat frame kalimat positif ketika ingin menyampaikan pesan. Sebagai misal, daripada mengatakan : “Mas, kalau nyetir mobil jangan kebut-kebut” lebih baik disampaikan dengan kalimat : “Mas, nyetir mobilnya hati-hati ya”. Atau contoh lain : “Kalau bikin laporan jangan ceroboh dan banyak bikin kesalahan”. Mengapa kita tidak menggantinya menjadi : “Kalau bikin laporan, tolong konsentrasi penuh agar semua data tersaji dengan akurat”.

Prinsip # 4 : Fokus ke depan, bukan ke masa lalu. Dalam lingkungan pergaulan di kantor kita acap mendengar kalimat seperti : “Nah, apa gue bilang kan……”. Atau kalimat seperti ini : “Nah, bener kan apa yang gue sampekan…”. Oke, kalimat-kalimat seperti ini memang membuat yang ngomong merasa “hebat”, but so what? Jadi, daripada fokus pada masa lalu sebaiknya kita ucapkan : “Okay, kita ambil hikmahnya. Mulai sekarang dan ke depan, kita harus lebih…..”. Kalimat ini akan membuat mitra bicara kita menjadi lebih mendapat respek. Kalimat itu juga akan membuat kita lebih bisa fokus pada solusi, dan maju ke arah masa depan yang lebih baik.

Demikianlah empat prinsip dasar komunikasi yang efektif. Semuanya sejatinya bersifat simpel, sederhana dan praktikal. Namun memang acap kita lupa untuk mempraktekkannya, dan dimana-mana kita banyak melihat orang mengabaikannya.

Karena itu, tak ada salahnya jika poin-poin kunci dalam tulisan ini Anda print lalu tempelkan didekat meja kerja Anda. Siapa tahu dengan itu, Anda bisa menjadi insan yang lebih produktif dalam membangun komunikasi?



andi riawan krisdianto

Marketing Research

Marketing Research is " the function that links the consumer, customer, and public to the marketer through information — information used to identify and define marketing opportunities and problems; generate, refine, and evaluate marketing actions; monitor marketing performance; and improve understanding of marketing as a process. Marketing research specifies the information required to address these issues, designs the method for collecting information, manages and implements the data collection process, analyzes the results, and communicates the findings and their implications."Marketing research is the systematic gathering, recording, and analysis of data about issues relating to marketing products and services. The goal of marketing research is to identify and assess how changing elements of the marketing mix impacts customer behavior. The term is commonly interchanged with market research; however, expert practitioners may wish to draw a distinction, in that market research is concerned specifically with markets, while marketing research is concerned specifically about marketing processes.

Marketing research is often partitioned into two sets of categorical pairs, either by target market:

  • Consumer marketing research, and
  • Business-to-business (B2B) marketing research

Or, alternatively, by methodological approach:

  • Qualitative marketing research, and
  • Quantitative marketing research

Consumer marketing research is a form of applied sociology that concentrates on understanding the preferences, attitudes, and behaviors of consumers in a market-based economy, and it aims to understand the effects and comparative success of marketing campaigns. The field of consumer marketing research as a statistical science was pioneered by Arthur Nielsen with the founding of the ACNielsen Company in 1923.

Thus, marketing research may also be described as the systematic and objective identification, collection, analysis, and dissemination of information for the purpose of assisting management in decision making related to the identification and solution of problems and opportunities in marketing.



andi riawan krisdianto

Senin, 23 Mei 2011

Marketing Mix

What is the marketing mix?

The marketing mix is probably the most famous marketing term. Its elements are the basic, tactical components of a marketing plan. Also known as the Four P's, the marketing mix elements are price, place, product, and promotion. Read on for more details on the marketing mix.

The concept is simple. Think about another common mix - a cake mix. All cakes contain eggs, milk, flour, and sugar. However, you can alter the final cake by altering the amounts of mix elements contained in it. So for a sweet cake add more sugar!

It is the same with the marketing mix. The offer you make to you customer can be altered by varying the mix elements. So for a high profile brand, increase the focus on promotion and desensitize the weight given to price. Another way to think about the marketing mix is to use the image of an artist's palette. The marketer mixes the prime colours (mix elements) in different quantities to deliver a particular final colour. Every hand painted picture is original in some way, as is every marketing mix. If you'd like to see the marketing mix applied to a real business - then take a look at our .



andi riawan krisdianto

metode swot

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.


Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.


andi riawan krisdianto

Marketing Manajemen

Marketing Management is a business discipline which is focused on the practical application of marketing techniques and the management of a firm's marketing resources and activities. Rapidly emerging forces of globalization have compelled firms to market beyond the borders of their home country making International marketing highly significant and an integral part of a firm's marketing strategy. Marketing managers are often responsible for influencing the level, timing, and composition of customer demand accepted definition of the term. In part, this is because the role of a marketing manager can vary significantly based on a business' size, corporate culture, and industry context. For example, in a large consumer products company, the marketing manager may act as the overall general manager of his or her assigned product To create an effective, cost-efficient Marketing management strategy, firms must possess a detailed, objective understanding of their own business and the market in which they operate. In analyzing these issues, the discipline of marketing management often overlaps with the related discipline of strategic planning.

andi riawan krisdianto

Customer

A customer (also known as a client, buyer, or purchaser) is usually used to refer to a current or potential buyer or user of the products of an individual or organization, called the supplier, seller, or vendor. This is typically through purchasing or renting goods or services. However, in certain contexts, the term customer also includes by extension any entity that uses or experiences the services of another. A customer may also be a viewer of the product or service that is being sold despite deciding not to buy them. The general distinction between a customer and a client is that a customer purchases products, whereas a client purchases services.

The word derives from "custom," meaning "habit"; a customer was someone who frequented a particular shop, who made it a habit to purchase goods of the sort the shop sold there rather than elsewhere, and with whom the shopkeeper had to maintain a relationship to keep his or her "custom," meaning expected purchases in the future.

The slogans "the customer is king" or "the customer is god" or "the customer is always right" indicate the importance of customers to businesses – although the last expression is sometimes used ironically.

However, "customer" also has a more generalized meaning as in customer service and a less commercialized meaning in not-for-profit areas. To avoid unwanted implications in some areas such as government services, community services, and education, the term "customer" is sometimes substituted by words such as "constituent" or "stakeholder". This is done to address concerns that the word "customer" implies a narrowly commercial relationship involving the purchase of products and services. However, some managers in this environment, in which the emphasis is on being helpful to the people one is dealing with rather than on commercial sales, comfortably use the word "customer" to both internal and external customers.

OBSOLETE meaning: In the early 17th century customer was defined as a "common prostitute". This meaning is important for understanding historical literary works. ("I marry her! What, a customer?")Othello, or ("I think thee now a common customer") All's Well that Ends Well.Today the meaning of "customer" has been inverted in this usage.



andi riawan krisdianto

Marketing is "the activity, set of institutions, and processes for creating, communicating, delivering, and exchanging offerings that have value for customers, clients, partners, and society at large."Marketing is a product or service selling related overall activities. It generates the strategy that underlies sales techniques, business communication, and business developments It is an integrated process through which companies build strong customer relationships and create value for their customers and for themselves.

Marketing is used to identify the customer, satisfy the customer, and keep the customer. With the customer as the focus of its activities, it can be concluded that marketing management is one of the major components of business management. Marketing evolved to meet the stasis in developing new markets caused by mature markets and overcapacities in the last 2-3 centuries.The adoption of marketing strategies requires businesses to shift their focus from production to the perceived needs and wants of their customers as the means of staying profitable.

The term marketing concept holds that achieving organizational goals depends on knowing the needs and wants of target markets and delivering the desired satisfactions. It proposes that in order to satisfy its organizational objectives, an organization should anticipate the needs and wants of consumers and satisfy these more effectively than competitors

andi riawan krisdianto

Dokter Masalah Keuangan & Kehidupan Anda

Dokter Masalah Keuangan & Kehidupan Anda
Silahkan Transfer Biaya Konsultasi Sebagai Donasi Pengembangan Dr. Solusi

Semangat Baru KITA HARUS BERUBAH, KITA BISA

Semangat Baru KITA HARUS BERUBAH, KITA BISA
Faith makes all things possible.Hope makes all things work. Love makes all things beautiful. May you have all of the three.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Elf Coupons