Watak Peluang
Mengamati kebiasaan hidup yang bekerja, di mana ada sebagian orang yang bisa meraih peluang dan ada yang belum meraih peluang, maka di antara watak yang bisa kita pelajari dari apa yang dinamakan sebagai peluang adalah:
1.
Tersembunyi
Watak ini sudah sesuai dengan Hukum Esensi & Simbol. Semua esensi disembunyikan oleh simbol fisik yang tampak di permukan. Semua orang bisa dengan mudah menyentuh simbol fisik permukaan tetapi hanya sedikit yang dapat menembus esensi karena tersembunyi. Ibarat buah, tanpa ada usaha mengupas kulit, maka esensi tidak kita dapatkan. Dengan analogi ini maka klop jika intuisi merupakan alat menemukan peluang paling pertama.
Mengingat watak peluang yang tersembunyi inilah maka orang menyebutnya dengan istlah “the moment of AHA” yang tertutup oleh dedaunan “the moment of ADUUUUH”. Seberapa banyak orang bisa menemukan intisari yang tersembunyi di dalam dirinya, sejumlah itulah peluang yang akan di dapat. Ikut-ikutan meskipun terkadang mendapatkan peluang tetapi tidak pernah menjadikan orang sebagai pemilik peluang.
2.
Terbiasa
Peluang didapatkan bukan dari sesuatu yang luar biasa tetapi dari hal-hal biasa. Apa yang sering kelihatan dari jauh luar biasa adalah manifestasinya. Peluang bukan sebuah tanggapan atas proposal luar biasa yang anda khayalkan ketika sedang nganggur tetapi ketika anda sudah melakukan dan menulis proposal lalu mendapatkan tanggapan.
Watak ini sudah klop dengan Hukum Akumulasi. Tidak ada orang gagal hanya karena satu sebab melainkan karena akumulasi sekian pengabaian yang dilakukan lama dan sekian kali. Ketika kegagalan besar terjadi maka sebenarnya hanyalah manifestasi pengabaian. Pepatah menganjurkan jangan bertanya kepada orang yang gagal dengan pertanyaan mengapa dirinya gagal. Tetapi bertanyalah kepada orang sukses mengapa dirinya sukses. Apa rahasianya? Kesuksesan bagi orang sukses bukanlah sesuatu yang luar biasa tetapi hal yang biasa.
Demikian juga dengan peluang hidup. Selain menang lotre atau kuis, maka anda harus menaati hukum akumulasi ini. Kesuksesan berinovasi (baca: peluang) adalah hasil dari evolusi terutama dari apa yang sudah biasa dilakukan dan diketahui (Incremental addition to already exist). Sayangnya watak kita seringkali adalah: “making great jump to extra-ordinary”.
3.
Terdekat
Peluang umumnya muncul dari jarak yang paling dekat dengan diri anda. Jarak yang maksudkan adalah sebab riil dalam bentuk kreasi mental atau kreasi fisik. Peluang dengan kata lain adalah lanjutan dari apa yang pernah anda rasakan, pikirkan, yakini dan lakukan. Watak ini sudah sesuai dengan hukum sebab-akibat (cause and effect).
Peluang & Teknologi
Sulit dipungkiri kalau dikatakan bahwa sebagian besar perubahan dunia eksternal diciptakan oleh temuan teknologi. Temuan tersebut telah banyak menolong orang dalam bentuk mempermudah, mempercepat penyelesaian pekerjaan dan menambah jumlah tawaran memilih. Tak heran kalau dikatakan, munculnya internet sebagai era berlimpahnya peluang gratis (the abundance of free). Banyak penyedia layanan gratis di internet seperti Yahoo, Hotmail, dan lain-lain termasuk artikel yang sedang anda baca dan konseling di website ini. Tetapi jangan lupa, kemajuan teknologi hanyalah menawarkan sesuatu dan oranglah yang akan menentukan. Perubahan teknologi dunia eksternal tanpa dibarengi dengan perubahan teknologi dunia internal (baca: perangkat yang ada di dalam diri kita sendiri) justru bisa menjadi faktor penghambat.
Pengalaman emphiris sebagian besar CEO yang berhasil membuat transformasi perusahaan dari GOOD ke GREAT tidak ada yang menjadikan teknologi sebagai lima faktor teratas dari keberhasilannya (Jim Collin: 2001). Mereka punya penyikapan tertentu yang bisa kita tiru terhadap teknologi. Pertama, mereka menggunakan teknologi secara selektif sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan who dan what they are. Bukan keinginan untuk bergaya atau ikut-ikutan. Kedua, mereka menguasai secara mendalam penggunaan teknologi yang sudah diseleksi tersebut.
Pembelajaran
Mengacu pada sembilan karakteristik orang yang menginginkan peluang dan mau merebutnya dan watak peluang yang dominan dalam kehidupan riil kita, maka pembelajaran yang diperlukan adalah memperkuat akar hidup pada nilai-nilai yang kita anut. Tiga langkah berikut mungkin bisa anda jadikan ajang pembelajaran hidup.
1.
Akarkan aktivitas anda pada kebutuhan
Lakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan riil / primer. Agar kebutuhan anda bisa menjadi peluang maka letakkan kebutuhan sebagai tanggung jawab. Ada penyikapan terhadap kebutuhan yang kurang mendidik untuk menemukan peluang. Artinya kebutuhan dianggap sebagai beban yang menyiksa. Anak, istri/suami adalah beban yang harus ditanggung. Penyikapan seperti ini selain tidak mendidik, bisa membahayakan pola pikir apabila usaha kita tidak bisa memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu pilihlah penyikapan mental di mana kebutuhan adalah sumber inspirasi dan motivasi untuk menciptakan cara dan substansi pemenuhan yang lebih berkualitas. Untuk memilih pemahaman demikian pastilah tidak butuh gerakan fisik apalagi biaya.
2.
Akarkan aktivitas anda untuk mempersiapkan peluang
Hal ini tidak bisa dilakukan kalau anda memilih postur diri sebagai pihak yang diintimidasi kebutuhan. Mempersiapkan peluang yang lebih baik bisa ditempuh dengan menciptakan cadangan untuk melakukan aktivitas yang menjadi bagian dari realisasi keinginan. Denga kata lain sisakan “ruang” di tengah kesibukan anda memenuhi kebutuhan. Cara yang bisa anda tempuh adalah memutar radio mindset hanya “tune ini” pada gelombang keinginan (the importants) lalu besarkan volumenya supaya tidak terganggu oleh suara-suara lain yang mengacaukan pikiran (the distraction).
3.
Akarkan hidup anda pada kelancaran aktivitas
Merealisasikan kebutuhan riil dan perjuangan meraih keinginan yang belum tercapai seringkali tidak bisa bebas tantangan. Bahkan kalau anda lengah, tantangan itu bisa berubah menjadi penyimpangan (the problem). Kalau anda masih lengah juga, penyimpangan itu akan membesar menjadi krisis (the crisis), seperti yang dialami oleh negara kita. Kalau sudah krisis tidak ada teori yang bisa menyelesaikan dengan benar kecuali hanya sebagiannya.
Kalau bisnis anda hanya gagal, kegagalan itu adalah konsekuensi. Kalau sudah rugi, maka kerugian itu lampu kuning. Tidak ada masalah serius kalau kerugian itu bisa ditutup dengan resource yang anda miliki atau pun dimiliki oleh teman anda. Ketika kerugian besar menimpa sementara tidak ada resource apapun yang anda miliki atau dimiliki orang lain yang anda kenal untuk menutupi kerugian tersebut, sementara jatuh tempo tidak bisa ditawar lagi, maka siapa pun tidak ada yang berani mengatakan mudah.
andi riawan krisdianto
0 komentar:
Posting Komentar